Deduktif
Kata deduksi berasal dari kata Latin yaitu deducere ( de yang berarti
‘dari’ , dan kata ducere yang berarti ‘menghantar’ , ‘memimpin’). Dengan
demikian deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar dari suatu
hal ke suatu hal yang lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi
merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi
yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu
kesimpulan.
Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang
berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk
menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang
ketiga. Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen
deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya
tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada 3 term
yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotesis atau
silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung
hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada
kemingkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.
Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah : Jika P , maka Q
Untuk mudahnya perhatikan bentuk silogisme hipotetis berikut :
Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor : Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
Dalam silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu : kebenaran
anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat; kesalahan anteseden akan
mengakibatkan kesalahan pada akibatnya .
Silogisme Alternatif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga
silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi
mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung
kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Proposisi minornya kebalikan dari
proposisi mayornya, dan konklusinya tergantung dari premis minornya.
Contohnya
:
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah.
Premis minor : Ayah ada dikantor.
Konklusi : Sebab itu, ayah tidak ada dirumah.
Entimem
Etimem berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti simpan dalam
ingatan. Pada waktu menghadapi sebuah entimem diragukan harus bersikap lebih
cermat dan waspada. Kalau entimen diragukan kebenarannya, maka salah satu
premisnya juga diragukan kebenarannya. Kalau entimem ditolak, maka salah satu
proposisinya juga ditolak kebenarannya.
sumber : buku Argumentasi dan Narasi , Gorys Keraf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar