Minggu, 24 Maret 2013

DEDUKTIF



Deduktif

Kata deduksi berasal dari kata Latin yaitu deducere ( de yang berarti ‘dari’ , dan kata ducere yang berarti ‘menghantar’ , ‘memimpin’). Dengan demikian deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar dari suatu hal ke suatu hal yang lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.

Silogisme Kategorial

Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga. Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada 3 term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.

Silogisme Hipotetis

Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemingkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah : Jika P , maka Q

Untuk mudahnya perhatikan bentuk silogisme hipotetis berikut :
Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor : Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.

Dalam silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu : kebenaran anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat; kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan pada akibatnya .


Silogisme Alternatif

Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Proposisi minornya kebalikan dari proposisi mayornya, dan konklusinya tergantung dari premis minornya. 
Contohnya :
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah.
Premis minor : Ayah ada dikantor.
Konklusi : Sebab itu, ayah tidak ada dirumah.

Entimem

Etimem berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti simpan dalam ingatan. Pada waktu menghadapi sebuah entimem diragukan harus bersikap lebih cermat dan waspada. Kalau entimen diragukan kebenarannya, maka salah satu premisnya juga diragukan kebenarannya. Kalau entimem ditolak, maka salah satu proposisinya juga ditolak kebenarannya.



sumber : buku Argumentasi dan Narasi , Gorys Keraf